Ulasan Film: 7 Splinters In Time (2018)


7 Splinters in Time merupakan film misteri, thriller, science-fiction Amerika. Film yang berdurasi satu jam lima belas menit ini disutradarai dan ditulis oleh Gabriel Judet-Weinshel. 7 Splinters in Time dibintangi oleh Edoardo Ballerini, Emmanuelle Chriqui, Austin Pendleton, Greg Bennick, Lynn Cohen, dan lain-lain. Film ini rilis pada 13 Juli 2018.

7 Splinters in Time diawali dengan sebuah kutipan:

"Repetition is how we master a trauma." (Anna Freud)

7 Splinters in Time menceritakan perihal seorang pemuda, Darius Lefaux atau Daniel (Edoardo Ballerini), yang nampak hilang ingatan siapa dirinya. Pekerjaan Lefaux yaitu seorang investigator pembunuhan. Anehnya, dalam masalah pembunuhan yang sedang ia tangani, semua korbannya yaitu dirinya sendiri dengan bentuk rupa yang berbeda.

Lefaux tinggal bersama dengan seorang perempuan bau tanah yang ia panggil Babs (Lynn Cohen) yang harus ia urus makan dan obatnya. Sama halnya dengan Babs, Lefaux juga harus mengkomsumsi obat untuk membantu ingatannya pulih. Dari waktu ke waktu dan dari satu informasi ke informasi lain, ia menemukan beberapa petunjuk perihal siapa dirinya sampai ia merasa bahwa semua yang ia alami tidak nyata.  Hal tersebut ia ungkapan pada Babs.

Lefaux: "I've been through a lot lately. I don't know what's real."
Babs: "This is real. Babs is real. I'm the person you take care of. I need you."
Lefaux: "I won't always take care of you."
Babs: "It's good to need people. Who do you need?"

Dalam pikiran yang semakin tak menentu, seorang rekan kerja Lefaux, Timms (Al Sapienza) menyarankannya untuk tiba ke seorang psikolog, Alise Spiegelman (Emmanuelle Chriqui), yang mana ia yaitu kekasih Lefaux 10 tahun lalu.

Alur dongeng 7 Splinters in Time maju mundur. Bagi saya, jalan dan rangkaian dongeng film ini tidak mengecewakan berat untuk ditangkap menjadi dongeng yang utuh, alasannya yaitu dongeng tersaji dengan potongan-potongan dongeng di masa kemudian dan masa sekarang. Bahasa lebaynya, film ini menyerupai mengacak-acak otak saya 😂.

Film ini dapat dibilang film yang memadukan ilmu fiksi-ilmiah dengan psikologikal. Permainan kata-kata, pikiran, waktu (now, then, before), dan simbol sangat kental dalam film ini. Hal tersebut menyerupai terangkum dalam kata-kata Alise kepada Lefaux pada dikala ia membuka kembali foto mereka 10 tahun lalu:

"Past is a dangerous place. You can fall right into it and never come back. We're the past, present, and future mingle and and pull us backward, forward, or fix us in the present."

Terlepas dari agak kompleksnya dongeng film ini, aksara Babs yang diperankan oleh Lynn Cohen cukup menyegarkan buat saya. Meskipun sudah bau tanah dan kata-katanya agak kasar, namun kata-kata dan perilakunya innocent, jujur apa adanya, akan tetapi penuh humor.

Nilai: 3/5

Post a Comment

0 Comments