Ulasan Film: The Young And Prodigious T.S Spivet (2013)


The Young and Prodigious T.S Spivet merupakan film drama, petualangan, fiksi-ilmiah Franco Kanada. Film ini diangkat dari buku yang berjudul The Selected Works of T.S Spivet yang ditulis oleh Reif Larsen tahun 2010. Film The Young and Prodigious T.S Spivet disutradarai oleh Jean-Pierre Jeunet dan ditulis oleh Guillaume Laurant.

Film yang berdurasi kurang lebih satu jam empat puluh lima menit ini dibintangi oleh Helena Bonham Carter, Kyle Catlett, Callum Keith Rennie, Niamh Wilson, Jakob Davies, dan lain-lain. The Young and Prodigious T.S Spivet rilis di The San Sebastian International Film Festival pada 28 Septerber 2013, rilis di Perancis pada 16 Oktober 2013, dan rilis di Amerika pada 31 Juli 2015.

The Young and Prodigious T.S Spivet mengisahkan seorang anak pria berusia 10 tahun, T.S Spivet (Kyle Catlett), yang sangat tertarik dengan kartografi atau pemetaan dan melaksanakan inovasi yang bekerjasama dengan sains.

Spivet tinggal bersama dengan ayah, Tecumseh Eli Spivet (Callum Keith Rennie) seorang cowboy dan mempunyai peternakan, ibu, Dr. Clair Spivet (Helena Bonham Carter), yang terobsesi dengan morfologi atau bentuk-bentuk serangga (khususunya kumbang) dan juga orang yang sangat sains, abang perempuanya, Gracie Spivet (Niamh Wilson) yang selalu bermimpi untuk menjadi miss Amerika, dan adik laki-lakinya, Layton (Jakob Davies). Mereka tinggal di sebuah peternakan di Montana.
Di suatu siang, Spivet mendapat telepon dari The Smithsonian University bahwa ia akan mendapat penghargaan atas hasil karya yang berupa tantangan Perpetual Motion Machine yang diberikan oleh salah satu ilmuwan universitas tersebut, Dr Leonard Sullivan (James Bradford). Spivet menciptakan mesin yang disebut roda magnet.

Dari ujung telepon, Spivet menjawab seorang perempuan yang berjulukan G. H Jibsen (Judy Davis). Pada perempuan tersebut, Spivet mengaku bahwa Spivet ialah nama ayahnya untuk menghindari kecurigaan bahwa yang ia telepon dan memenangkan inovasi sains tersebut ialah seorang anak 10 tahun.

Awalnya Spivet ragu memenuhi ajakan tersebut. Namun kesannya ia tetapkan untuk pergi tanpa sepengetahuan keluarganya. Dengan membawa semua kebutuhan yang sudah ia pertimbangkan dan perhitungkan berdasarkan perhitungan ilmiahnya, Spivet memulai petualangan perjalanannya menuju Washington D.C seorang diri.

Rangkaian kisah The Young and Prodigious T.S Spivet sangat baik, detil, inspiratif, logis, dan menarik. Bukan hanya ceritanya yang baik, akan tetapi film ini juga menyuguhkan sinematografi yang sangat epik dan menawan. Selain itu juga, masing-masing tokoh dalam film ini sangat berkarakter dengan abjad yang berbeda satu sama lain.

Karakter utama, T.S Spivet, pastinya digambarkan sangat ilmiah, teliti, dan detil. Segala sesuatunya ia lihat dari sudut pandang ilmu sains. Bahkan hingga senyuman pun ia nilai dengan cara ilmiah di durasi satu jam lima belas menit lima satu detik.
In 1862, a frenchman named Guillaume Duchenne discovered the difference between fake and genuine smiles. In a fake smile, it's not just the zygomatic muscles work, the muscles around the eyes also contract unconsciously. Tonight it was entirely ocular zygomatic. (Di tahun 1862, ilmuwan Perancis yang berjulukan Guillaume Duchenne, berhasil menemukan perbedaan antara senyum yang orisinil dan yang palsu. Dalam senyum yang palsu, tidak ada otot zygomatic yang bekerja. Otot-otot mata juga tidak rileks, semua hanya dipaksakan. Malam ini hanya ada mata zygomaticus).
Humor dan satir juga diselipkan di beberapa adegan dalam film ini. Rasa haru, menyenangkan, sedih, dan senang melengkapi kisah The Young and Prodigious T.S Spivet.

Dengan alasan-alasan di atas, saya rasa film ini layak untuk ditonton oleh para pelajar dan keluarga. Karena, selain menyuguhkan hal-hal ilmiah, inti kisah film ini ialah wacana keluarga.

Nilai: 5/5

Post a Comment

0 Comments