Rukun Islam yang ke lima ialah menunaikan ibadah haji, namun demikian sanggup dilakukan dengan ibadah umroh, dengan waktu yang bebas. Ini merupakan dambaan seluruh umat Islam untuk sanggup menunaikan rukun Islam ya ke lima di Tanah Suci Mekkah.
Berbagai cara dilakukan, tergantung pada waktu dan kondisi keuangan masing-masing. Ada yang memakai agen perjalanan haji dan umroh, ada juga yang pergi umroh tanpa didampingi agen perjalanan, alias pribadi. Seperti yang dilakukan pasangan suami istri asal Malang ini, namun uniknya mereka mengendarai sepeda hingga hingga ke Tanah Mekkah. Seperti apa kisahnya?
Hakam Mabruri dan Rofingatul Islamiah / Gambar via malang.merdeka.com |
Bikin Haru, Inilah Kisah Perjalanan Suami Istri dari Malang untuk Umroh ke Tanah Suci, Penuh Pelajaran dan Hikmah!
Mereka ialah Hakam Mabruri dan Rofingatul Islamiah, pasangan suami istri asal Malang yang membulatkan tekad mengunjungi Tanah Suci untuk beribadah umroh dengan naik sepeda. Sepeda ternyata sudah menjadi bab hidup Hakam Mabruri.
Ia memutuskan pergi ke Mekkah bersama sang istri dengan sepeda hasil modifikasinya. Hakam menciptakan desainnya, kemudian ia menyerahkan pada bengkel untuk membuatnya. Sebuah sepeda tandem dengan dua kemudi, dilengkapi dengan bab yang dipakai untuk menaruh barang-barang.
Karena mereka akan melaksanakan perjalanan jauh, laki-laki lulusan ilmu pertanian dan istrinya ini benar-benar melaksanakan persiapan yang matang. Mulai dari berguru menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, berlatih membaca navigasi dari Google Maps, berguru memperbaiki sepeda, hingga memasak masakan dalam keadaan darurat.
Perjalanan Hakam dan Rofi dimulai dari Malang menuju ke Jakarta. Dari sini, kemudian menuju Malaysia, Thailand, Myanmar, dan India. Ia menentukan rute berputar untuk menghindari konflik di Timur Tengah, sehingga ia menuju Yordania untuk mencapai India. Akhirnya, hingga juga ia di Mesir dan Arab Saudi.
Untuk beristirahat di malam hari, mereka menentukan untuk mendirikan tenda. Sementara untuk memasak, mereka memakai peralatan masak sederhana dan memakai penyaring air untuk minum.
Namun ternyata, perjalanan mereka pun tidak berjalan mulus dan lancar-lancar saja. Saat di India, Hakam dan Rofi sempat ditipu dan kehilangan uang sebesar $1.000. Rofi pun rela kehilangan 5 kg berat badannya alasannya harus menyesuaikan diri dengan masakan setempat.
Meski demikian, mereka tidak pernah patah semangat. Justru keduanya semakin membulatkan tekad untuk terus mencapai tujuan.
Dan tentunya, dibalik kesulitan selalu ada kemudahan. Tak jarang, Hakam dan Rofi mendapat santunan dari penduduk lokal. Misalnya saat menyidik kondisi sepeda, menggant ban atau memperbaiki rantai, ada saja santunan dari orang lain. Mereka pun pernah mencicipi Idul Fitri di India dan Idul Adha di Yamman, Yordania.
Dari perjalanan spiritual ini, mereka sanggup mengambil hikmah. Bahwa untuk mewujudkan cita-cita, diharapkan usaha dan kerja keras. Tidak hanya itu, mereka juga menganggap bahwa sepeda menjadi lambang harmoni dalam kehidupan pernikahan.
Seperti di dalam Islam, dimana Hakam sebagai suami duduk di depan melambangkan imam untuk membimbing sang istri yang mengayuh di belakang. Navigasi yang melambangkan pasang surut kehidupan juga sanggup dilalui.
Keberhasilan mereka mencapai Mekkah tidak hanya sebuah keberhasilan berhasil meraihnya saja, tapi banyak pelajaran pesan tersirat serta cerita yang menciptakan mereka semakin kuat. Ini akan menjadi cerita yang tidak akan pernah terlupakan dan biar sanggup menjadi penguat dalam hubungan mereka.
0 Comments