Ulasan Film: Mara (2018)


Mara merupakan film kriminal horor thriller Amerika. Film yang berdurasi kurang lebih satu jam tiga puluh lima menit ini diangkat berdasarkan kisah ihwal kondisi dan mitologi sekitar sleep paralysis atau paralisis tidur dan Brugada syndrome atau sindrom Brugada.

Film Mara disutradarai Clive Tonge dan ditulis oleh Jonathan Frank. Film ini dibintangi oleh Olga Kurylenko sebagai pemain film utama dalam film ini. Film Mara rilis di Amerika Serikat pada 7 September 2018.

Dengan menggabungkan kriminalitas, supernatural, dan adegan horor, inspirasi dongeng dalam film Mara sangat menarik berdasarkan saya. Film ini menceritakan seorang psikolog kriminal, Dr. Kate Fuller (Olga Kurylenko), yang harus menyelidiki janjkematian Matthew Wynsfield.

Dengan mendatangi TKP (Tempat Kejadian Perkara), Kate menemui istri Matthew, Helena Wynsfield (Rosie Fellner), untuk mewawancarai sekaligus melaksanakan pemeriksaan ihwal apa yang sebetulnya terjadi pada suaminya. Dari peryataan dan perilaku Helena yang sedikit tidak terkendali dan masuk akal, Kate menemui anak Helena, Sophie (Mackenzie Imsand), satu-satunya orang yang menjadi saksi sesudah janjkematian ayahnya.

Tak gampang bagi Kate melaksanakan pemeriksaan pada Sophie, seorang gadis kecil yang masih sangat stress berat dengan kejadian yang gres saja ia lihat. Namun dengan pendekatan yang tepat, dengan posisi di bawah kawasan tidur dimana Sophie bersembunyi dalam ketakutan, Kate berhasil mewawancarai Sophie dan menerima sedikit petunjuk.

Dalam menyelediki perkara ini, Kate harus mendalami perkara pada orang-orang yang mengalami hal yang sama, yaitu tewas pada ketika mereka tidur. Di suatu lembaga bersama seorang dokter yang menangani para pasien yang mengalami problem tidur, Kate menerima petunjuk lain yang lebih detil dari seorang pasien yang berjulukan Dougie Trent (Craig Conway). Ia menyebutkan bahwa ia tak boleh tidur alasannya akan ada setan yang disebut sleep demon yang berjulukan Mara (Javier Botet), yang akan membunuhnya bila ia terlelap. Mara akan membunuh orang-orang yang sudah ditandai dengan bercak darah di salah satu bab mata. Dan sesudah Dougie ditandai, semenjak ketika itu dan selama bertahun-tahun ia tak pernah tidur lelap.

Atas apa yang sudah diceritakan oleh Dougie, semua itu sungguh sangat bertolak belakang dengan profesi Kate sebagai seorang psikolog yang harus meneliti segala sesuatu dengan fakta, rasional, dan logis. Namun, pada ketika Kate menuntaskan perkara ini lebih jauh, ia malah mulai dihantui oleh kehadiran Mara. Dan lebih jelek lagi, ia juga ditandai dengan tanda merah di matanya sebagai sasaran Mara selanjutnya.

Melihat konsep dan inspirasi dongeng ihwal tidur, horor, dan psikologi, hal tersebut mengingatkan saya pada film Before I Wake (2016). Namun ketika menyaksikan film Mara lebih jauh, dongeng ini sangat berbeda dengan film Before I Wake.

Film Mara menampilkan konflik dan penyelesaian yang cukup jelas. Siapa Mara, bagaimana ia muncul dan akan membunuh target-targetnya, semua itu dijelaskan cukup detil melalui abjad Dougie dan Kate yang mengumpulkan semua informasi dari sumber mana pun.

Dengan menggabungkan sisi kriminal, psikologi, dan supernatural yang menjadi bab penting dongeng ini, film Mara cukup menarik untuk ditonton.

Nilai: 4/5

Catatan: Sleep Paralysis atau paralisis tidur ialah kelumpuhan tidur yang merujuk pada keadaan ketidakmampuan bergerak ketika tidur atau pun pada ketika berdiri tidur. Sedangkan sindrom brugada ialah ketidaknormalan sistem listrik jantung yang menjadikan gangguan irama jantung yang sanggup berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak beraturan yang akan membahayakan jiwa.

Post a Comment

0 Comments